Sejak pandemi, remote working mengubah pola pikir pelaku bisnis untuk sepenuhnya bertransformasi digital. Mungkin, Anda juga jadi salah satu yang merasakan hal serupa. Transformasi yang dilakukan banyak perusahaan kini diterapkan lewat berbagai model, salah satunya adalah migrasi cloud. Sesuai namanya, proses ini memindahkan seluruh komponen sistem IT, baik itu aplikasi, data, dan masih banyak lagi, dari data center on-premise ke data center cloud.
Migrasi cloud ternyata sudah dilakukan banyak bisnis dari berbagai industri. Menurut survei Foundry, selama dua tahun terakhir, 70 persen perusahaan telah mengakui bermigrasi ke cloud. Sementara 60 persen dari responden mengungkap, setelah bermigrasi, kemampuan cloud dapat meningkatkan pemasukan mereka selama 12 bulan terakhir.
Meski demikian, proses cloud migration tidak semudah yang Anda pikirkan. Sebelum lebih dalam menyelami tentang migrasi cloud, Anda harus mengetahui cara mengumpulkan data untuk membuat keputusan migrasi yang lebih baik. Dalam tahap ini, Anda dapat memanfaatkan solusi Dynatrace. Lengkapnya, baca di artikel berikut.
Cara Dynatrace Permudah Migrasi Cloud
Ada banyak tool migrasi cloud yang mengadopsi cara agent-less. Cara ini memang mudah untuk di-deploy, tetapi hanya akan memungkinkan Anda mengatasi secuil dari kebutuhan migrasi yang ada.
Namun dengan Dynatrace, Anda dapat menerapkan kombinasi cara agent dan agent-less dalam solusi Dynatrace OneAgent. Solusi ini menghadirkan single agent yang bisa Anda instal pada host fisik atau virtual, serta merilisnya sebagai Operator on Kubernetes atau OpenShift, bahkan men-deploy-nya via Bosh, Ansible, Puppet, serta Chef. Saat di-deploy, OneAgent akan menyediakan Dynatrace Smartscape API dengan informasi dependency, melakukan tracing end-2-end transactional, meng-capture logs, serta mengumpulkan performa granular dan system metrics.
Dynatrace OneAgent bisa dipasang pada infrastruktur yang sudah ada, dan Anda tak butuh perubahan code atau konfigurasi untuk meng-capture data dan deteksi layanan yang sudah ada. Solusi ini akan berjalan dengan sendirinya dan memanfaatkan data pada use case terkait. Untuk memberikan Anda gambaran lengkap terkait lingkungan IT yang sekarang, OneAgent juga memanfaatkan agent-less data dengan mengakses API dari endpoint seperti VMware vCenter, F5 Load Balancers, Data Power, WMI, serta JMX.
5 Cara Migrasi Cloud dengan Lebih Mudah
Setelah mempelajari Dynatrace OneAgent, saatnya Anda pahami apa saja cara untuk mempermudah proses migrasi cloud Anda dengan solusi ini. Lima cara berikut akan berfokus pada analisis teknologi dan dependency, analisis konsumsi resource dan trafik, serta migrasi database dan fungsional.
1. Ketahui Teknologi dan Service Stack
Sebelum memulai proyek migrasi, Anda harus memiliki pandangan yang baik ke seluruh host, proses, layanan dan teknologi. Anda bisa memanfaatkan Dynatrace API untuk mengakses seluruh data tersebut. Dynatrace API menampilkan Technology Overview, yang secara otomatis diisi oleh apa yang dideteksi oleh Dynatrace OneAgent secara penuh di lingkungan Anda.
Overview ini juga akan menjawab berbagai pertanyaan yang sering ditanyakan saat bermigrasi, antara lain sebagai berikut:
- Teknologi apa yang kita miliki, dan di mana mereka berjalan?
- Teknologi apa yang bisa dipindahkan?
- Teknologi mana yang legacy dan tak dapat dipindahkan karena tidak didukung?
- Teknologi apa yang memiliki penawaran alternatif?
- Siapa yang bertanggung jawab untuk setiap stack teknologi?
2. Pahami Dependency: Tak Ada Host atau Proses Dibiarkan Sendiri
Ketika kebanyakan penyedia cloud memiliki tool analisis dependency mereka sendiri, mereka fokus pada deteksi basic dependency yang didasarkan dari analisis koneksi jaringan antara host. Namun, ini justru hanya akan menyediakan actionable data untuk migrasi lift and shift, di mana Anda hanya akan menggerakan host fisik atau virtual ke cloud. Untuk itu, ini cukup untuk hanya mengetahui host-2-host dependencies.
Di Dynatrace, khususnya pada use case modernisasi aplikasi pelanggan, metode lift and shift tradisional jarang terjadi. Mereka justru melihat kombinasi re-architect, re-platform, re-purchase, dan membuatnya masuk akal untuk dilakukan re-host (lift and shift).
Untuk mendukung strategi modernisasi ini, biasanya Anda harus memiliki pendekatan lebih detail terhadap analisis dependency dengan pertanyaan sebagai berikut:
- Layanan apa saja yang kita miliki?
- Layanan apa saja yang bisa dimigrasikan dalam isolasi dan apa saja yang memiliki dependency ketat?
- Bagaimana trafik jaringan berjalan di antara layanan yang kita pindahkan dan mereka yang harus tetap berada di data center?
- Apa saja pola layanan penggunaan dan konsumsi resource yang ada, dan berapa biaya yang akan dikeluarkan saat berjalan di cloud?
Anda bisa menjawab semua pertanyaan ini dengan Dynatrace OneAgent, di mana solusi tersebut mampu mendeteksi seluruh layanan secara otomatis, termasuk dependency dan konsumsi resource. Data ini juga tersedia baik pada Dynatrace UI serta Dynatrace Smartscape dan Timeseries API.
3. Analisis Traffic Dependency Secara Detail
Jika Anda ingin melakukan lift and shift sejumlah host tertentu, Anda harus mengetahui penggunaan network di antara host yang Anda ingin pindahkan, serta host yang ingin tetap berada di tempat sebelumnya. Dengan memahami ini, Anda akan lebih baik untuk menghitung biaya di waktu mendatang dan juga membantu membuat keputusan seperti:
- Di mana untuk mengurangi data transfer secara umum?
- Host mana yang tak perlu dipindahkan karena terlalu banyak trafik?
- Di mana untuk menginvestasikan data compression?
Untuk mengatasi kebutuhan tersebut, Anda cukup berikan tag Dynatrace pada host yang ingin dipindahkan, lalu ekstrak informasi penggunaan dari host ini, ke host yang tak punya tag. Dynatrace juga memungkinkan Anda untuk mendefinisikan tag otomatis atau manual, di mana yang otomatis bisa diekstrak dari metadata yang sudah ada seperti VMware host group, atau bagian dari hostname atau environmental data. Data extraction ini bisa diotomatisasikan lewat Dynatrace Smartscape dan Timeseries API.
4. Terapkan Smart Database Migration
Dalam migrasi database, pasti Anda memiliki pertanyaan umum seperti berikut.
- Database apa yang kita punya, dan mana yang paling cocok untuk migrasi?
- Apa konsumsi resource untuk server database kita sekarang, dan berapa banyak yang dibutuhkan untuk provision jika ingin lakukan lift and shift?
- Aplikasi dan layanan mana bergantung pada database yang mungkin akan berdampak pada migrasi, serta mana yang harus tetap ada di lokasi yang sama?
- Seperti apa performa database query dan prosedur yang tersimpan saat ini, serta tabel dan data mana yang menjadi kandidat untuk diekstrak ke sistem database yang lebih murah?
Dari semua pertanyaan di atas, solusi Dynatrace OneAgent dapat mendeteksi dan memonitor seluruh database Anda secara otomatis. Kemampuan ini memungkinkan Anda untuk memutuskan database mana yang cocok untuk dimigrasikan dan mana yang bisa diganti dengan layanan database yang berbeda.
Selain itu, Dynatrace juga dapat memberitahu Anda konsumsi resource yang ada saat ini selama jam kerja, peak loads atau low loads, sehingga membantu Anda menghemat biaya sambil tetap mengoptimalkan performa. Kemudian, Dynatrace juga dapat menginformasikan query atau prosedur tersimpan yang mana yang dipanggil, sehingga memungkinkan Anda terhindar dari berbagai risiko saat memigrasikan database.
Dan yang terakhir, Dynatrace juga akan memberitahukan query mana yang akan dijalankan oleh aplikasi apa, seperti apa performanya, dan bagaimana bisa berdampak ke kinerja transaksi end-user. Dengan demikian, Anda dapat mengoptimalkan query ini saat memigrasikannya ke cloud.
5. Functional Migration
Migrasi cloud juga termasuk modernisasi aplikasi, yang mana pasti memindahkan seluruh aplikasi atau layanan sekaligus. Namun demikian, Anda juga bisa menerapkan cara functional migration, yang cuma memigrasikan fungsi di mana Anda akan mendapatkan benefit dari migrasi yang sesungguhnya.
Cara ini akan dioptimalkan dengan Dynatrace Real User Monitoring, yang dapat memberikan Anda informasi penggunaan di kedua layanan back end, layanan front end API atau fitur user-facing. Dengan demikian, Anda akan memiliki pemahaman yang lebih baik terkait apakah Anda memiliki seasonality pada fitur Anda atau pengguna API, atau juga apakah Anda memiliki hotspot penggunaan geografis. Informasi pemahaman ini akan membantu Anda membuat keputusan saat ingin memindahkan fitur individu ketimbang memigrasikan seluruh aplikasi, host, atau data center.
Baca Juga: 6 Manfaat Face Recognition untuk Kelola Absensi Secara Akurat
Dapatkan Solusi Dynatrace dari CDT
Saatnya optimalkan migrasi cloud Anda dengan solusi Dynatrace, yang bisa Anda dapatkan dari Central Data Technology (CDT).
CDT sebagai authorized partner Dynatrace akan membantu Anda menghindari trial and error mulai dari tahap konsultasi, deployment, maintenance, hingga dukungan after sales. Didukung tim profesional IT berpengalaman dan tersertifikasi, CDT membantu Anda menerapkan solusi Dynatrace secara optimal. Untuk info lebih lanjut, silakan hubungi kami di tautan berikut.
Penulis: Jeko Iqbal Reza
Content Writer CTI Group