Pernah dengar berita soal sistem perusahaan diretas gara-gara satu celah kecil yang terlewat?
Sayangnya, kejadian seperti ini bukan cuma ada di berita. Faktanya, ribuan celah keamanan bisa muncul di jaringan atau aplikasi bisnis tanpa Anda sadari.
Pertanyaannya, sudahkah Anda tahu di mana letak celah itu dan seberapa besar bahayanya?
Di artikel ini, kita akan bahas bagaimana vulnerability management dapat membantu Anda mengidentifikasi, memprioritaskan, dan mengatasi celah keamanan sebelum semuanya terlambat.
Apa Itu Vulnerability Management dan Kenapa Penting untuk Bisnis?
Vulnerability management adalah proses proaktif, berkelanjutan, dan sudah terotomatisasi untuk melindungi sistem, jaringan, dan aplikasi dari potensi serangan siber maupun kebocoran data.
Melalui proses ini, tim IT dapat terus memantau dan mengidentifikasi berbagai celah keamanan (vulnerabilities) yang muncul di sistem mereka. Setelah ditemukan, celah-celah ini dievaluasi, diprioritaskan, dan ditangani sebelum bisa dimanfaatkan penyerang.
Tujuan utamanya jelas, meminimalkan risiko serangan siber dengan menutup sebanyak mungkin celah keamanan yang ada. Namun, tantangannya adalah jumlah potensi kerentanan terus bertambah, sementara waktu dan sumber daya tim IT sering kali terbatas. Karena itu, vulnerability management tidak bisa dianggap sebagai tugas satu kali selesai dan harus menjadi proses berkelanjutan yang selalu mengikuti perkembangan ancaman baru dan dinamika infrastruktur IT perusahaan.
Di tengah semakin kompleksnya ancaman siber saat ini, memiliki strategi vulnerability management yang tepat bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan.
Bagaimana Vulnerability Management Bekerja dan Melindungi Sistem Anda?
Seperti yang dijelaskan di atas, salah satu kemampuan utama vulnerability management adalah memberikan visibilitas menyeluruh terhadap seluruh aset dan potensi celah keamanan di lingkungan IT perusahaan. Tidak peduli seberapa besar atau kompleks infrastrukturnya, solusi ini membantu tim IT memetakan, memantau, dan menilai risiko di semua titik, mulai dari perangkat, aplikasi, hingga jaringan.
Lebih dari sekadar aspek teknis, vulnerability management juga melihat setiap celah keamanan dalam konteks bisnis. Artinya, tim dapat memprioritaskan penanganan terhadap kerentanan yang paling berdampak pada operasional atau data penting. Dengan begitu, penggunaan sumber daya menjadi lebih efisien dan tepat sasaran.
Secara garis besar, proses kerja vulnerability management meliputi:
- Asset Discovery: Identifikasi seluruh perangkat dan sistem yang terhubung.
- Vulnerability Scanning: Pemindaian untuk mendeteksi celah keamanan.
- Patch & Configuration Management: Memperbaiki kerentanan dan memastikan konfigurasi sistem sudah aman.
- Penetration Testing: Menguji kekuatan sistem untuk melihat potensi eksploitasi.
- Threat Intelligence & Machine Learning: Memanfaatkan analisis data dan prediksi risiko secara dinamis.
Seluruh proses ini dipantau melalui dashboard terpusat yang memudahkan tim IT mengambil keputusan cepat dan proaktif dalam menghadapi potensi ancaman.
Baca juga: Awas Akun Anda Bisa Disusupi! Mengapa Multi-Factor Authentication Sekarang Jadi Hal Krusial?
Risk-Based Vulnerability Management (RBVM): Cara Cerdas Memprioritaskan Celah Keamanan
Vulnerability management tradisional memang penting, tetapi sering kali menghadapi tantangan besar: bagaimana memprioritaskan ribuan celah keamanan yang ditemukan? Tanpa prioritas yang tepat, waktu dan sumber daya bisa habis untuk memperbaiki kerentanan yang sebenarnya tidak terlalu berdampak, sementara celah berbahaya justru luput dari perhatian.
Di sinilah pendekatan Risk-Based Vulnerability Management (RBVM) hadir sebagai solusi yang lebih cerdas dan relevan.
Berbeda dengan VM tradisional yang hanya mengandalkan skor umum seperti CVSS (Common Vulnerability Scoring System), RBVM memadukan analisis berbasis data spesifik bisnis, AI, dan Machine Learning. Hasilnya, penilaian risiko menjadi lebih akurat, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi nyata di lapangan.
RBVM tidak hanya melihat seberapa besar skor kerentanan, tapi juga mempertimbangkan:
- Seberapa kritikal aset yang terdampak
- Hubungan antar sistem dan potensi penyebaran serangan
- Dampak nyata jika celah dieksploitasi
- Tren serangan siber terkini
Menariknya, kerentanan dengan skor rendah bisa menjadi prioritas tinggi jika ditemukan di area bisnis yang vital. Ditambah lagi, proses pemantauan dan penilaian ulang dilakukan otomatis dan real-time, tanpa harus menunggu jadwal pemindaian berkala seperti pada metode tradisional.
Dengan RBVM, perusahaan dapat fokus pada celah yang benar-benar berisiko besar, meningkatkan efisiensi tim IT, sekaligus menjaga ketahanan sistem di tengah ancaman siber yang semakin kompleks.
Nah, agar penerapan vulnerability management semakin efektif, diperlukan solusi yang tepat. Berikut dua rekomendasi solusi dari CDT yang bisa Anda pertimbangkan.
Butuh Solusi Vulnerability Management yang Andal? Ini Jawaban dari CDT
CDT merekomendasikan dua solusi vulnerability management untuk diimplementasikan pada organisasi Anda: Dynatrace dan F5.
Dynatrace Application Security: Deteksi Real-Time, Prioritas Lebih Akurat
Dynatrace Application Security memanfaatkan AI untuk memantau dan mengidentifikasi celah keamanan di seluruh aplikasi dan infrastruktur, mulai dari tahap pengembangan hingga produksi.
Dengan dukungan Dynatrace OneAgent dan Davis® AI engine, tim IT dapat:
- Mendeteksi vulnerability secara real-time
- Mendapatkan notifikasi otomatis saat celah ditemukan
- Memprioritaskan penanganan berdasarkan tingkat risiko yang paling kritikal, bukan sekadar daftar panjang temuan teknis
Salah satu keunggulan utama Dynatrace adalah Davis Security Score, yang menggabungkan skor CVSS dengan data observability secara real-time. Dengan begitu, Anda tidak hanya mengetahui adanya vulnerability, tetapi juga memahami tingkat urgensinya, lokasi, dan dampaknya terhadap sistem.
Visualisasi yang jelas memetakan hubungan antar proses, layanan, aplikasi, hingga host atau lingkungan Kubernetes. Selain itu, Anda dapat memfilter temuan berdasarkan level risiko, misalnya, apakah sistem yang terdampak terhubung ke internet atau menyimpan data sensitif.
Dengan rekomendasi terarah dari Davis Security Advisor dan integrasi ke sistem tiket internal, proses perbaikan menjadi lebih cepat, terstruktur, dan efisien.
F5 Distributed Cloud Web App Scanning: Perlindungan Komprehensif untuk Aplikasi Publik
Bagi perusahaan yang mengelola aplikasi publik, website, atau API, F5 Distributed Cloud Web App Scanning hadir sebagai solusi untuk mengamankan attack surface yang sering menjadi incaran hacker.
Solusi ini menawarkan:
- Automated scanning dan penetration testing tanpa memerlukan keahlian teknis khusus
- Cakupan luas untuk memetakan seluruh web apps dan API di dalam domain perusahaan
- Deteksi cepat terhadap exposure atau celah keamanan, lengkap dengan bukti teknis seperti screenshot atau video
- Proses scanning juga bisa dijadwalkan sesuai kebutuhan, harian, mingguan, atau bulanan, dengan notifikasi real-time jika ditemukan ancaman
Selain itu, F5 terintegrasi ke pipeline DevOps dan berbagai task management tools, sehingga memudahkan tim DevSecOps melakukan perbaikan secepat mungkin. F5 juga mendukung kebutuhan compliance dengan menghasilkan laporan yang memenuhi standar global seperti SOC 2 dan ISO 27001.
Saatnya Lindungi Sistem Bisnis Anda dengan Solusi Andal dari CDT
Keamanan siber tidak cukup hanya mengandalkan deteksi manual. Dengan solusi vulnerability management dari Dynatrace dan F5, Anda bisa memantau, mengidentifikasi, dan menangani celah keamanan secara lebih cepat, otomatis, dan efisien.
Central Data Technology (CDT), anak perusahaan CTI Group, sebagai authorized advanced partner Dynatrace dan distributor resmi F5 di Indonesia, siap membantu Anda menghadirkan sistem pertahanan siber yang proaktif dan terintegrasi. Mulai dari konsultasi, implementasi, hingga layanan after sales, untuk mempermudah pengelolaan keamanan di lingkungan bisnis Anda.
Ingin tahu lebih lanjut? Hubungi tim CDT sekarang dan temukan bagaimana Dynatrace dan F5 dapat memperkuat perlindungan sistem dan aplikasi Anda dari ancaman siber.
Penulis: Wilsa Azmalia Putri – Content Writer CTI Group